Kamis, 13 Januari 2011

ETIKA DAN REMAJA MASA KINI

Salah seorang orang tua gundah gulana. Pasalnya, saat sedang menerima tamu, anaknya, yang duduk di bangku kelas III SMP mondar-mandir di ruang tamu. Jangankan menyapa, menolehpun tidak. Bahkan, beberapa kali sempat terlontar kata-kata bergaya remaja dari mulut anaknya yang ditujukan kepada tetangga sebelah yang kebetulan lewat didepan rumah. Denagn berteriak pula.
Tetangganya lebih nelangsa lagi karena seharian tidak melihat putranya, siswa kelas I SMA. Ia tak tahu anaknya pergi kemana. Ketika berangkat dan ditanya jawabnya singkat dan ketus. “Yah, main sama temen, suka-sukalah”.
Pantaskah kedua Ibu tadi sedih? Ya, karena itu juga merupakan cetusan keprihatinan kita yang resah melihat perilaku anak-anak remaja. Terkesan rumah hanya dipakai untuk singgah. Tata karma dan etika, hampir tak dikenal lagi oleh remaja. Semua itu salah siapa? Orangtua, atau sekolah, atau lingkungan?
Bagaimana remaja bersikap kepada orang tua, pada guru, dan pada sesame temannya. Mestinya menjadi kepedulian kita semua. Nilai-nilai etika dikalangan remaja sekarang terasa sudah mengalami degradasi. Memang, bisa saja kita menyalahkan hilangnya mata pelajaran budi pekerti disekolah. Namun, alangkah baiknya kita melakukan introspeksi dan langkah-langkah antisipasif guna menghadapi semua kemungkinan yang muncul terkait dengan perilaku dan etika remaja.
Masalah muncul tatkala orangtua dan guru tak bisa cara menyampaikan pesan dan nilai-nilai etika dan moral kepada remaja. Yang lebih memperihatinkan, banyak orangtua dan guru yang justru kurang memahami etika. Nah, kalau demikian salh siapa? Keduanya bisa diajak berdiskusi dan berbincang-bincang masalah etika tersebut. Namun, mungkin lebih pas pendidiknya terlebih dahulu. Supaya para pendidik, mungkin dalam hal ini guru bimbingan dan konseling, bisa menularkan secara perlahan-lahan pada remaja anak didiknya, atau minimal mereka mengerti perilaku dan etiak anak didik Baru kmudian bisa menasehati.
Bertolak dari pemikiran inilah, perlu adanya pemikiran menanamkan nilai-nilai etika di usia remaja sebagai kepedulian pada generesi muda, juga untuk menghadirkan citra orangtua dan pendidik yang berwibawa. Jadi, jangan lagi ada orangtua atau guru yang dilecehkan remaja, karena perilaku mereka yang tidak sesuai dengan norma. Bisa-bisa menurunkan harkat dan martabat orangtua.
Pada dasarnya remaja itu gampang diubah perilakunya, Asalkan caranya tepat.Tergantung pendekatan yang digunakan supaya remaja bisa menerapkan nnilai etika dalam aktivitas mereka.
Bagaimana rasanya seorang Ibu ketika didatangi putranya yang remaja dan berucap “Maaf Bu, saya salah, jangan marah ya?” Tentu akan merasa terharu dan bangga. Itu menunjukan anak putranya tercinta mereka mau mengakui kesalahan dan tak segan untuk meminta maaf.
Belum lagi kalau kemudian sang anak mendapat pemberian sesuatau dari orangtua, spontan berucap, “Terimakasih ya Pak, Bu”. Sebuah ungkapan sederhana namun menyejukkan. Namun sayang saat ini kata maaf dan terimakasih terasa kian langka. Sungguh memprihatinkan.
Padahal dalam membina hubungan harmonis dalam keluarga, kedua ungkapan tadi merupakan kata kuncinya. Namun, jangankan kata maaf, ketika ditegur atas kesalahannya, tak jarang si anak justru berkacak pinggang seakan menantang.
Nah, kalau orangtuanya yang baru pulang kerja, perut lapar, terpancing emosinya, habislah sudah. Hubungan orangtua dan anak kian senggang. Disinilah pentingnya orangtua untuk menanamkan etika pada anak, khususnya remaja. Orangtua jangan cepat emosi menghadapi kekurangan anak, terutama masalah etika.
Pergeseran nilai dan tata krama di kalangan remaja mesti dicermati oleh orangtua. Disela-sela kesibukan sehari-hari, perhatian atas perilaku anak harus tetap ada. Perlu juga sikap transparan dari orangtua.
Hal yang dahulu dianggap tabu, sekarang sudah semakin dipaparkan di media massa, baik cetak maupun media elektronik. Tabu jadi tabuhan alias jadi trend. Nah, mesti ada persepsi yang sama antara orangtua dan anak. Orangtua jangan merasa selalu benar. Sebaliknya, anak selalu disalahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar